Saturday, May 28, 2016

PERKEMBANGAN PENELITIAN PENGENDALIAN RAYAP

Rayap merupakan serangga supra natural, yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi, dan berkembang biak dengan tinggi. Karena itu, penelitian mengenai teknik pengendalian rayap serta penemuan bahan-bahan baru yang lebih ramah lingkungan sebagai bahan pengendalian rayap terus dikembangkan. Penelitian ini meliputi penggunaan bahan kimia baru dengan daya racun rendah terhadap manusia, penggunaan jamur entomopatogen, penggunaan minyak atsiri serta teknik pengendalian yang mengusir rayap dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Beberapa penelitian yang intensif dilakukan pada saat ini diuraikan sebagai berikut :

Sakasegawa, Hori dan Yatagai (2003) melakukan pengujian anti rayap dari minyak atsiri yang berasal dari kayu Melaleuca cajuputi, Melalueca leucadendron dan Gelam. Rayap yang menjadi sampel uji adalah rayap Reticulitermes speratus. Minyak atsiri dari masing-masing kayu sebanyak 50 uL diteteskan pada kertas saring kemudian diumpan kan kepada rayap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rayap mengalami kematian setelah tiga hari pemaparan minyak atsiri. Kayu Gelam memiliki aktivitas yang lebih tinggi daripada kayu Melaleuca cajuputi dan Melalueca leucadendron. Hasil analisis gas kromatografi terhadap kandungan minyak atsiri kayu Gelam menunjukkan bahwa komponen utama yang berperan dalam mematikan rayap adalah elemene dan carryophlene, sedangkan pada kayu Melaleuca cajuputi dan Melalueca leucadendron adalah terpineol dan globulol.
Acta (2007) menggunakan Thiamethoxam terhadap rayap Nasutitermes luzonicus, Macrotermes gilvus dan Microcerotermes losbanosensis. Hasil penelitian menunjukkan pada konsentrasi 0,41 ppm Thiamethoxam menimbulkan kematian pada ketiga rayap tersebut setelah 5 – 9 hari pemaparan. Aktivitas makan rayap menunjukkan pada rayap M. gilvus dan M. losbanosensis thiamethoxam dikonsumsi dengan baik, sementara pada rayap N. luzonicus menunjukkan efek anti-feeding.
Peterson dan Wilson (2003) menggunakan minyak catnip (Nepeta cataria) yang mengandung E,Z-nepetalactone terhadap rayap Reticulitermes flavipes dan Reticulite rmes virginicus. Pasir sebagai media hidup rayap direndam dalam minyak catnip, kemu dian diletakkan pada kaca petri dan dimasukkan 10 ekor rayap pekerja. Hasil penelitian menunjukkan nilai LD50 untuk R. flavipes setelah 24 jam pemaparan sebesar 8200 ?g/g rayap sedangkan LD50 untuk R. virginicus sebesar 842 ?g/g rayap.
Fuller (2007) meneliti efektivitas jamur entomopatogen terhadap rayap Nasutiter mes acajutlae, yang diaplikasikan pada rayap pekerja dan rayap prajurit secara terpisah. Hasil penelitian menunjuk kan bahwa rayap pekerja lebih dulu mengalami kematian daripada rayap prajurit. Hal in disebabkan rayap prajurit memiliki cairan sekresi perta hanan diri yang terdapat di frontal gland yang berfungsi untuk menetralkan racun dari hyfa jamur.
Chang et al (2001) menggunakan ekstrak tanaman Taiwania cryptomerioides untuk mengendalikan rayap Coptotermes formosanus. Ekstrak diperoleh dari kayu bagian gubal dan teras. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kayu teras menimbulkan kematian yang lebih tinggi daripada ekstrak kayu gubal. Komponen utama yang terdapat pada kayu T. Cryptomerioides adalah cedrol, ?-cadinol dan ferruginol.
Peterson, Gerard dan Wilson (2004) menggunakan minyak catnip (Nepeta cataria) untuk mengendalikan rayap Reticulitermes virginicus. Minyak catnip dilaburkan ke pasir yang terdapat di dalam kaca petri, kemudian rayap diletakkan dalam kaca petri tersebut selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rayap cenderung menjauhi pasir yang diberi minyak catnip dan membuktikan bahwa minyak catnip memiliki daya repllensi terhadap rayap.
Kartal et al (2006) menggunakan minyak atsiri Cinnamaldehyde yang berasal dari kayu manis untuk mengendalikan rayap Coptotermes formosanus secara laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu yang direndam dengan minyak atsiri memili ki ketahanan yang lebih tinggi dari serangan rayap dibandingkan kayu yang tidak diberi perlakuan. Sementara penelitian Shi et al (2008) melakukan ekstraksi pada akar kayu Euphorbia kansui dan menguji efektifitasnya terhadap rayap Reticulitermes speratus. Hasil penelitian menunjukkan setelah 72 jam, pada kertas saring dengan konsentrasi ekstrak 50 ?g, rayap mengalami kematian sebesar 100%.

Siramon et al (2009) meneliti penggunaan minyak atsiri dari daun pohon Eucalyptus camaldulensis terhadap rayap Coptotermes formosanus Shiraki. Hasil pene litian menunjukkan minyak E. camadulensis mengandung p-cymene dan ?-terpinene yang mampu mematikan rayap C. formosanus pada konsentrasi LC50 12,68-17,50 mg/g dengan metode kontak langsung dan 12,65-17,50 mg/g dengan metode non kontak. Efek yang diberikan oleh minyak E. camadulensis adalah menghambat aktivitas asetil kolinestarese pada rayap dan berpotensi sebagai racun syaraf bagi rayap.

Sistem injeksi rayap, Injeksi anti rayap pada bangunan yang sedang dikerjakan

 Sistem injeksi rayap, Injeksi anti rayap pada bangunan yang sedang dikerjakan Sistem injeksi rayap, Injeksi anti rayap pada bangunan yang s...