Saturday, May 28, 2016

Biologi dan Ekologi Rayap

Biologi dan Ekologi Rayap

Rayap adalah serangga yang berukuran kecil, hidup dalam kelompok-kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Dalam sebuah koloni terdapat individu yang bersayap dan yang tidak bersayap,dan beberapa individu bersayap pendek (mempunyai tonjolan sayap). Jumlah sayap dua pasang yang berbentuk seperti selaput dengan pola pertulangan yang agak mengecil tetapi sering kali dengan banyaknya urat yang terlihat mengkerut. Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan sayap belakang, oleh karena itu ordonya dinamakan Isoptera (Iso = sama, ptera = sayap). Pada waktu istirahat sayap diletakkan rata terlipat di atas punggung dan melewati abdomen. Tipe mulutnya adalah menggigit dan mengunyah serta mengalami metamorfosa sederhana (Borror dkk, 1993).

Rayap dari berbagai jenis tersebar di seluruh bagian bumi yang beriklim panas dan sedang . secara umum rayap tersebar antara garis lintang 500 LU – 500 LS, tetapi di daerah tropis lebih banyak jumlahnya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan rayap seperti curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan
dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempenaruhi satu
sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika dkk, 2003).

Suranto (2002) dalam Muharomi (2005) menyatakan bahwa kelembaban optimum bagi rayap subteran berkisar antara 97,5%-100%, dan rayap kayu kering mampu bertahan hidup selama 11 jam pada kondisi kering dengan kelembaban udara relatif 10%. Dalam kondisi lembab dengan tingkat kelembaban udara 100%, rayap akan mampu hidup selama 86,5 jam tanpa persediaan makanan.
Prasetyo dan Yusuf (2005) menyatakan rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur, oksigen dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui di hampir semua bentuk ekosistem.

Koloni Rayap
Nandika dkk (2003) mengutarakan bahwa sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu
yang wujudnya berbeda, yaitu:
1. Kasta reproduktif. Kasta ini terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tak sepenting ratu jika dibandingkan dengan lamanya ia bertugas karena dengan sekali kawin, betina dapat
menghasikan ribuan telur; lagipula sperma dapat disimpan oleh betina dalam kantong
khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak diperlukan kopulasi berulang-ulang.
Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan pertama mereka. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk "ratu" atau "raja" baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu
baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak
perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga
dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur.
Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang
rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.

2. Kasta prajurit. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja iserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap family Termitidae, hanya pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldog, tugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari family Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (prajurit makro) dan prajurit kecil (pajurit mikro).

3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan kasta reproduktif dan prajurit, membersihkan telurtelur,
dan membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas. Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan
konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.

Menurut Nandika (2003) dalam Muharomi (2005) mengungkapkan bahwa sekitar 3-5 tahun dalam satu koloni rayap dapat berkembang biak ratusan ribu hingga jutaan ekor. Rayap berkembang biak sangat cepat sementara usia produktif mereka berbeda tiap jenisnya. Untuk ratu sekitar 20 tahun, sedangkan rayap pekerja sekitar 3 tahun. Dalam satu koloni terdapat sepasang ratu dan raja dengan ribuan tentara. Sisanya adalah pekerja.

Rayap pekerja mencari makanan 24 jam secara terus-menerus. Berdasarkan hasil penelitian, untuk luas wilayah 295 m2 , populasi rayap mencapai 610 ribu. Di Jakarta mencapai 1,7 Juta. Daya jelajah maksimal 118 meter dan berat tubuh rayap 2,5 miligram. Sedangkan satu ekor rayap memerlukan sekitar 0,24 miligram makanan setiap hari, maka koloni rayap di Jakarta mengkonsumsi kayu sebanyak 408 gram setiap harinya.

Menurut Tambunan dan Nandika (1989), dikemukakan bahwa dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan, yaitu:
a). Sifat trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan pertukaran bahan makanan.
b) Sifat cryptobiotic, yaitu sifat rayap yang menjauhi cahaya.
c) Sifat canibalism, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah atau sakit. Sifat ini lebih menonjol dalam keadaan kekurangan makanan.
d) Sifat necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya.

Klasifikasi Rayap

Menurut Nandika (1989), jenis-jenis rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam famili kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae.
1. Famili Kalotermitidae
Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif. Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larfa dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya di bagi atas 3 golongan :
a. Rayap kayu lembab (Glyptoternes spp).
b. Rayap pohon (Neotermes spp).
c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp).

 2. Famili Rhinotermitidae
Famili ini mempunyai sarang di bawah atau di atas tanah. Jenis-jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae
Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari family Kalotermitidae. Rayap ini kebayakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal antara lain Ondototermes, Microtermes, Macrotermes. Tarumingkeng (2001) menyatakan berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut:
1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari
rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati.
2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp, famili Kalotermitidae).
3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya di tempat kering.
4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk
bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.

5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp dan Microtermes spp.

Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjaraksampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya.

Serangan Rayap Pada Bangunan dan Kerugian Yang Ditimbulkan Besar kecilnya kerusakan yang ditimbulkan oleh rayap tergantung pada jenis rayap, jenis kayu, keadaan tanah, kelembaban, dan temperatur. Serangan rayap subteran pada bangunan dan perumahan dapat melalui berbagai cara antara lain hubungan langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalaui retakan-retakan atau rongga pada semen, lantai dan pondasi rumah permanen dan semi permanen. Kehadiran rayap tanah di tandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang. Di lain pihak kayu kering mempunyai kemampuan hidup pada kayu-kayu kering dalam rumah, mereka tidak membangun sarang atau terowongan pada tempat-tempat terbuka sehingga sukar untuk diketahui. Pada kayu yang diserang terjadi lubang dan lorong-lorong yang saling berhubungan. Kayu yang diserang menjadi kropos tanpa adanya pecahan permukaan. Adanya serangan rayap pada kayu kering dapat diketahui dari eskremen-eksremen berupa butir, kecil, lonjong, dan agak bertakik (granuler) (Jusmalinda, 1994).

Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu padabangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan kota-kota besar lainnya menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu (Muharomi, 2005).  Menurut Rudi (1994) dalam Romaida (2002), tingkat serangan rayap pada rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun sebesar 1,35 milyar rupiah. Untuk daerah JABOTABEK Romaida (2002)
manyatakan, rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan mencapai 38,20%. Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Kotamadya Surabaya menurut Rakhmawati (1996) dan nilai investasi per tahun sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun. Untuk Kota Cirebon, Romaida (2002) menghitung kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu kering sebesar Rp 2.082.591 dan kerugian ekonomis yang di akibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470,-.

Departemen Pekerjaan Umum Pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai 100 milyar setiap tahunnya (Romaida, 2002).

Perlindungan Bangunan Terhadap Serangan Rayap
Nandika (2005) mengungkapkan serangga merupakan biang keladi dari semua kerusakan kayu-kayu konstruksi bangunan yang bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan 54 minggu setahun. Ada 3 (tiga) tujuan yang mendasari termite control service atau anti rayap yaitu mencegah, membasmi dan mengendalikan. Mencegah; Suatu langkah yang sangat bijaksana, karena dapat mengantisipasi serangan rayap yang berasal dari luar bangunan. Seandainya suatu ketika muncul laron-laron yang beterbangan saat senja hari dan salah satu dari mereka berhasil memperoleh tempat untuk bertelur, maka rayap yang berasal dari telur-telur laron tidak akan mampu memakan kayu-kayu yang telah terlindungi termitisida/obat rayap dan tidak bisa menembus lapisan tanah yang telah dilindungi oleh termitisida. Membasmi. Biasanya dilakukan oleh orang yang belum mengetahui dan mengerti termite control service. Hal ini wajar karena mungkin orang menganggap service ini tidak penting.

Mengendalikan. Tujuan akhir yang benar-benar jangan sampai terjadi, karena hal ini
dikarenakan pelaksanaan service yang sangat terlambat dan rayap sudah menyebar ke
seluruh bagian bangunan. Rayap tidak mungkin terbasmi atau dapat dihilangkan secara total, karena jalur lalu lintas rayap benar-benar luas dan tersembunyi. Namun demikian service yang diperoleh dapat memperpanjang usia bangunan kita dan mengendalikan serangan rayap agar tidak menimbulkan kerusakan fatal.

Secara garis besar pelaksanaan termite control dilakukan dalam 2 (dua) macam
metode, yaitu :
1) Pre-construction termite control (metode pra konstruksi), yaitu termite control yang dilakukan saat bangunan sedang dibangun, yang meliputi pekerjaan penyemprotan galian pondasi, penyemprotan seluruh permukaan lantai/tanah bangunan sebelum pengecoran, dan penyemprotan seluruh permukaan kayu sebelum dipasang pada konstruksi plafond dan atap.
2) Pos construction termite control (metode pasca konstruksi), yaitu termite control yang yang dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri dengan jalan menginjeksikan termitisida/obat pembasmi rayap ke dalam tanah dibawah lantai sepanjang pondasi bangunan yang jarak antar lubang injeksinya + 60 - 80 cm, dengan diameter lubang max. 13 mm. Sedangkan untuk kayu-kayu yang telah terpasang dilakukan penyemprotan langsung dengan termitisida

(Nandika, 2005).


Pengumpanan rayap di dalam rumah

Rayap pada dasarnya adalah serangga daerah tropika dan subtropika. Namun sebarannya kini cenderung meluas ke daerah sedang (temperate ) de...