Rayap merupakan serangga supra natural, yang memiliki
kemampuan adaptasi tinggi, dan berkembang biak dengan tinggi. Karena itu,
penelitian mengenai teknik pengendalian rayap serta penemuan bahan-bahan baru
yang lebih ramah lingkungan sebagai bahan pengendalian rayap terus
dikembangkan. Penelitian ini meliputi penggunaan bahan kimia baru dengan daya
racun rendah terhadap manusia, penggunaan jamur entomopatogen, penggunaan
minyak atsiri serta teknik pengendalian yang mengusir rayap dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik. Beberapa penelitian yang intensif dilakukan pada
saat ini diuraikan sebagai berikut :
Sakasegawa, Hori dan Yatagai (2003) melakukan pengujian anti
rayap dari minyak atsiri yang berasal dari kayu Melaleuca cajuputi, Melalueca
leucadendron dan Gelam. Rayap yang menjadi sampel uji adalah rayap
Reticulitermes speratus. Minyak atsiri dari masing-masing kayu sebanyak 50 uL
diteteskan pada kertas saring kemudian diumpan kan kepada rayap. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rayap mengalami kematian setelah tiga hari
pemaparan minyak atsiri. Kayu Gelam memiliki aktivitas yang lebih tinggi
daripada kayu Melaleuca cajuputi dan Melalueca leucadendron. Hasil analisis gas
kromatografi terhadap kandungan minyak atsiri kayu Gelam menunjukkan bahwa
komponen utama yang berperan dalam mematikan rayap adalah elemene dan
carryophlene, sedangkan pada kayu Melaleuca cajuputi dan Melalueca leucadendron
adalah terpineol dan globulol.
Acta (2007) menggunakan Thiamethoxam terhadap rayap Nasutitermes
luzonicus, Macrotermes gilvus dan Microcerotermes losbanosensis. Hasil
penelitian menunjukkan pada konsentrasi 0,41 ppm Thiamethoxam menimbulkan
kematian pada ketiga rayap tersebut setelah 5 – 9 hari pemaparan. Aktivitas
makan rayap menunjukkan pada rayap M. gilvus dan M. losbanosensis thiamethoxam
dikonsumsi dengan baik, sementara pada rayap N. luzonicus menunjukkan efek
anti-feeding.
Peterson dan Wilson (2003) menggunakan minyak catnip (Nepeta
cataria) yang mengandung E,Z-nepetalactone terhadap rayap Reticulitermes
flavipes dan Reticulite rmes virginicus. Pasir sebagai media hidup rayap
direndam dalam minyak catnip, kemu dian diletakkan pada kaca petri dan
dimasukkan 10 ekor rayap pekerja. Hasil penelitian menunjukkan nilai LD50 untuk
R. flavipes setelah 24 jam pemaparan sebesar 8200 ?g/g rayap sedangkan LD50
untuk R. virginicus sebesar 842 ?g/g rayap.
Fuller (2007) meneliti efektivitas jamur entomopatogen
terhadap rayap Nasutiter mes acajutlae, yang diaplikasikan pada rayap pekerja
dan rayap prajurit secara terpisah. Hasil penelitian menunjuk kan bahwa rayap
pekerja lebih dulu mengalami kematian daripada rayap prajurit. Hal in
disebabkan rayap prajurit memiliki cairan sekresi perta hanan diri yang
terdapat di frontal gland yang berfungsi untuk menetralkan racun dari hyfa
jamur.
Chang et al (2001) menggunakan ekstrak tanaman Taiwania
cryptomerioides untuk mengendalikan rayap Coptotermes formosanus. Ekstrak
diperoleh dari kayu bagian gubal dan teras. Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak kayu teras menimbulkan kematian yang lebih tinggi daripada ekstrak kayu
gubal. Komponen utama yang terdapat pada kayu T. Cryptomerioides adalah cedrol,
?-cadinol dan ferruginol.
Peterson, Gerard dan Wilson (2004) menggunakan minyak catnip
(Nepeta cataria) untuk mengendalikan rayap Reticulitermes virginicus. Minyak
catnip dilaburkan ke pasir yang terdapat di dalam kaca petri, kemudian rayap
diletakkan dalam kaca petri tersebut selama 7 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rayap cenderung menjauhi pasir yang diberi minyak catnip dan
membuktikan bahwa minyak catnip memiliki daya repllensi terhadap rayap.
Kartal et al (2006) menggunakan minyak atsiri Cinnamaldehyde
yang berasal dari kayu manis untuk mengendalikan rayap Coptotermes formosanus
secara laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu yang direndam
dengan minyak atsiri memili ki ketahanan yang lebih tinggi dari serangan rayap
dibandingkan kayu yang tidak diberi perlakuan. Sementara penelitian Shi et al
(2008) melakukan ekstraksi pada akar kayu Euphorbia kansui dan menguji
efektifitasnya terhadap rayap Reticulitermes speratus. Hasil penelitian
menunjukkan setelah 72 jam, pada kertas saring dengan konsentrasi ekstrak 50
?g, rayap mengalami kematian sebesar 100%.
Siramon et al (2009) meneliti penggunaan minyak atsiri dari
daun pohon Eucalyptus camaldulensis terhadap rayap Coptotermes formosanus
Shiraki. Hasil pene litian menunjukkan minyak E. camadulensis mengandung
p-cymene dan ?-terpinene yang mampu mematikan rayap C. formosanus pada
konsentrasi LC50 12,68-17,50 mg/g dengan metode kontak langsung dan 12,65-17,50
mg/g dengan metode non kontak. Efek yang diberikan oleh minyak E. camadulensis
adalah menghambat aktivitas asetil kolinestarese pada rayap dan berpotensi
sebagai racun syaraf bagi rayap.