Bagi masyarakat yang bergerak dalam bidang pengendalian hama, pengenalan biologis serta perilaku (etologi) rayap merupakan pengetahuan yang sangat penting. Sementara itu, pengenalan dan pengetahuan ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat umum untuk menghindari berbagai kerugian ekonomis seperti kerusakana bangunan yang diakibatkan oleh rayap. Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan berbagai perlakuan atau tindakan khusus untuk mengendalikan hama perusak ini baik dengan obat anti rayap maupun dengan bahan-bahan alami.
Masyarakat umum sudah memaklumi bahwa rayap merupakan jenis serangga yang sangat merugikan karena perilakunya yang suka merusak kayu atau bangunan. Hal ini sudah sering digambarkan dalam pepatah lama yang berbunyi "bak kayu dimakan rayap". Pepatah ini bermakna deteriorasi, kelemahan atau kehancuran. Pepatah yang lainnya adalah "anai-anai makan di bawah" yang berarti bahwa sedang terjadi kerusakan yang tidak nampak atau tersembunyi. Kedua pepatah tersebut memang diambil dari berbagai aspek biologis dan perilaku rayap yakni kebiasaan rayap yang suka memakan kayu serta habitat dan proses makannya yang cenderung tersembunyi dan tidak terlihat.
Jenis-jenis rayap yang sudah dikenal dan diberi nama di seluruh dunia jumlahnya mencapai 2000 spesies. Dari jummlah tersebut ada sekitar 120 spesies yang merupakan hama perusak. Di Indonesia sendiri terdapat 200 spesies rayap dan sekitar 20 spesies yang telah diketahui termasuk ke dalam spesies hama perusak kayu dan hama pertanian/hutan. Perilaku rayap sebagai jenis serangga sosial apabila dijelaskan secara menyeluruh maka akan membutuhkan pembahasan yang sangat panjang baik itu dari perilaku makan, pembuatan sarang, tehnik penyerangan, sistem berkomunikasi, peranan feromon dan berbagai aspek perilaku lain yang pada dasarnya sedikit berbeda dengan jenis serangga-serangga sosial lainnya.
Aspek kemiripan dalam perilaku dan bentuk di antara berbagai jenis rayap juga bisa menimbulkan banyak permasalahan dalam bidang taksonomi rayap. Kondisi ini mengakibatkan adanya beberapa kasus penamaan ganda bagi tiap spesies rayap. Dalam menentukan spesies rayap, para pakar taksonomi selalu mengandalkan ukuran badan dan jumlah ruas antenna yang dimiliki oleh rayap. Sebagian besar masyarakat kita mengenal jenis serangga ini dengan sebutan rayap. Namun, serangga ini memiliki banyak sebutan lain di berbagai daerah di Indonesia. Di Sumatera misalnya sering digunakan istilah anai-anai, sedangkan di Jawa Barat serangga ini dikenal dengan sebutan rinyuh atau sumpiyuh. Berdasarkan jenisnya, panjang tubuh dari rayap adalah sekitar 4-11 mm dan pada umumnya rayap tanpa sayap memiliki warna keputih-putihan. Dari sinilah kemudian muncul juga sebutan semut putih untuk rayap.
Di antara berbagai jenis rayap yang memang sangat mirip satu sama lain, maka tidak heran jika banyak orang yang agak sulit ketika membedakannya. Jenis rayap yang umum diantaranya adalah rayap kayu kering yang suka menghuni dan memakan kayu kering serta rayap subteran yang koloninya bersarang dalam tanah yang lembab dan memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar. Penampilan atau bentuk fisik keseluruhan dari rayap memang sangat mirip dengan semut. Namun sebenarnya perbedaannya lumayan banyak bahkan semut termasuk salah satu musuh utama dari serangga perusak kayu ini.
Dari perilaku atau kebiasaan hidupnya, perbedaan utama dari rayap dan semut adalah kebiasaan semut ketika mencari makan yang lebih terbuka dibandingkan dengan rayap. Rayap biasanya akan lebih tertutup ketika mencari makan dan hal ini terbukti dengan kebiasaannya menutup jalur-jalur kembara dengan tanah. Perkembangan hidup dari serangga rayap adalah metamorfosa hemimetabola atau perkembangan secara bertahap. Tahapan tersebut terdiri dari tahap pertumbuhan (stadium) telur, nimfa dan dewasa. Rayap memerlukan kayu sebagai makanan pokok, namun makanan pokok dari semut bukan hanya kayu saja akan tetapi sangat bermacam-macam mulai dari serat sampai gula.