Jika menilik dengan seksama kehidupan rayap, maka kita tidak akan menjumpai seekor rayap yang mengembara atau berkeliaran sendirian seperti halnya kupu-kupu yang terbang sendiri atau kumbang yang sedang makan sendirian. Rayap adalah jenis serangga sosial dan hanya bisa hidup dalam kelompok atau masyarakat yang lebih dikenal dengan sebutan koloni. Tanpa diberi racun atau obat anti rayap, serangga ini akan mati dengan sendirinya jika dipisahkan atau dikeluarkan dari sarang koloni. Mengeluarkan atau memisahkan rayap dari sarang koloninya, maka sama saja dengan membunuhnya. Rayap hanya dapat bertahan hidup jika masih berada dalam koloninya. Hal ini disebabkan terdapat berbagai bahan dan proses di dalam koloni yang diperlukan oleh semua rayap untuk menjamin dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Hal ini bisa diibaratkan dengan seseorang yang sedang menderita penyakit dan seumur hidupnya harus selalu mengkonsumsi obat pada waktu-waktu tertentu. Dan diumpamakan obat tersebut tidak bisa dibawa ke mana-mana dan hanya bisa disimpan di rumah. Orang yang sedang sakit tersebut hanya bisa bertahan hidup jika rumahnya “diperpanjang” dengan cara membuat atau menambah lorong-lorong (terowongan) sempit untuk menuju ke sekolah, tempat kerja, pasar dan sebagainya. Lorong-lorong atau terowongan sempit dan tertutup tersebut masih merupakan bagian dari rumahnya dimana orang tersebut bisa memperoleh obat demi mempertahankan hidupnya. Hal ini bisa dengan jelas diamati pada kehidupan rayap jenis subteran. Rayap jenis subteran ini hanya bisa mencapai makanannya dengan cara menambah atau memanjangkan rumahnya dengan lubang atau terowongan kembar.
Jalur-jalur sempit tersebut bisa dilalui sekaligus oleh sekitar 3-4 ekor rayap. Lubang kembara ini biasanya ditutup dengan bahan-bahan tanah sehingga pada dasarnya lubang kembara tersebut masih merupakan bagian dari sarangnya. Dengan lubang-lubang tertutup tersebut maka secara otomatis seluruh ruangan dari sarang dan lubang akan menjadi sangat lembab dan bisa menjamin kehidupan rayap subteran atau rayap tanah. Dalam hubungannya dengan kehidupan koloni rayap, terdapat beberapa istilah utama yaitu polimorfi, feromon, trofalaksis, dan homeostatis. Semua istilah tersebut berkaitan dengan perilaku dari rayap dan koloninya secara keseluruhan.
Feromon merupakan penanda jejak dan juga pendeteksi makanan karena rayap pekerja dan prajurit itu pada dasarnya buta. Mereka akan jalan beriringan atau bisa menemukan objek makanan bukan karena indera penglihatan atau penciuman, akan tetapi karena kemampuan mendeteksi pada rambut-rambut yang tumbuh di bagian antenanya. Bau yang bisa dideteksi oleh rayap berkaitan dengan sifat kimiawi dari feromonnya itu sendiri. Feromon merupakan hormon yang dikeluarkan dari kelenjar endokrin. Feromon berbeda dengan hormon karena feromon akan menyebar ke luar tubuh dan kemudian mempengaruhi rayap lain yang sejenis atau berkasta sama. Untuk bisa mendeteksi jalur yang dilaluinya, rayap yang berada di depan akan mengeluarkan penanda jejak yang keluar dari kelenjar sternum di bagian belakang abdomen. Penanda jejak ini kemudian akan langsung dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi dari feromon ini sangat erat kaitannya dengan bau makanan (kayu/selulosa) sehingga rayap akan mampu mendeteksi objek makanannya tersebut.
Selain feromon penanda jejak, pengaturan dan perkembangan koloni juga berada dibawah kendali feromon dasar (primer). Contohnya, terhambatnya pertumbuhan neoten pada koloni diakibatkan oleh semacam feromon dasar yang dikeluarkan oleh sanga ratu rayap. Feromon dasar ini berfungsi untuk menghambat diferensiasi kelamin rayap. Setelah ratu mati, maka feromon dasar ini akan hilang sehingga akan segera terbentuk neoten-neoten pengganti ratu rayap. Feromon dasar juga berpengaruh terhadap diferensiasi pembentukan kasta prajurit dan dan kasta pekerja yang dikeluarkan oleh ratu sebagai kasta reproduktif.
Umpan Rayap Terpasang |